Ratu Shima

Kerajaan Holing/Kalingga sebelumnya oleh ahli-ahli sejarah berada di daerah mana? Masih belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa Keling itu berada di Semenanjung Malaya, berdasarkan alasan perdagangan, pelayaran dan ekonomi,yang ada di semenanjung Malaya. Setelah di teleti akhirnya para  ahli sejarah menyatakan bahwa Kalingga adalah sebuah kerajaan yang berada di daerah Keling Jepara, bernama Kerajaan Kalingga yang diperintah oleh seorang Ratu bernama Shima. Ratu Shima memerintah kerajaan Kalingga dengan sangat keras, tetapi adil dan bijaksana. Semua rakyat tunduk dan tidak ada yang berani melanggar perintahnya, dalam menegakkan keadilan dan hukum, Ratu Shima tidak pandang bulu, potong tangan dan potong kaki. Walaupun  dari  keluarga kerajaan, tidak pandang bulu.
Dari segi kehidupan Kerajaan Kalingga yang diperintah oleh Ratu Shima, perekonomiannnya sangat maju. Pasar, pelayaran, pelabuhan sangat ramai. Pada abad ke tujuh kerajaan Kalingga sudah memasuki peradaban dan kemajuan yang sangat  pesat, serta di kenal  sampai di Semenanjung Malaya,Thailand  dan Negara Negara di Asia.
Pada tahun 1960 seorang petani di Keling Jepara menemukan benda-benda peninggalan Kerajaan Kalingga berupa cincin, gelang, liontin dan lain-lain.  Kala itu saya melihat benda-benda bersejarah tersebut sempat dipamerkan di kota. Benda-benda  Ratu Shima   bersejarah  kemudian  diserahkan   ke Museum Jakarta. Dengan ditemukannya benda purbakala bersejarah tersebut adalah bukti bahwa Kerajaan Kalingga yang diperintah oleh Ratu Shima, kerajaannya benar-benar ada di daerah Keling Jepara, bukan daerah Keling Malaya.
Pada tahun 1989 seorang Ustadz bernama H. Saidan akan melakukan ekspedisi kilas balik  keabad ke tujuh. Guna meneliti dan membuktikan keberadaan Kerajaan Kalingga, di daerah Keling Jepara, sewaktu diperintah oleh seorang Ratu yang adil, bijaksana dan terkenal sampai di Negara Cina pada  zaman Dinasti Tang sekitar tahun 664-665.
Rencana melakukan ekspedisi kilas balik telah dipersiapkan dengan matang, si Ustadz akan mendeteksi dan menerawang lokasi dimana kerajaan Holing atau Kalingga pernah berdiri. Persiapan petualangan akan diperkirakan selama tiga hari tiga malam dalam memasuki hutan yang angker dan penuh misteri. Mahluk halus jin, gendruwo, syetan, demit yang di sinyalir banyak gentayangan dan menempati bekas puing-puing kerajaan Kalingga. Ustadz H. Saidan seorang  petualang, kemungkinan akan di ganggu oleh orang-orang jahat. Bagi Ustadz H. Saidan tidak ada masalah, ilmu dan kekuatan Asma’ akan mampu menangkis segala kejahatan, sudah dimiliki. Binatang-binatang buas, macan, ular dan lain-lain, tidak ada masalah sudah di antisipasi. Nasi kering dan air putih telah dibawa untuk memasuki hutan, sebagai bekal konsumsi. Jarak dari kota Jepara ke arah keling sekitar 35 km. Setelah sampai desa sekitar hutan, Ustadz H Saidan disarankan oleh penduduk setempat agar jangan melanjutkan perjalanan memasuki hutan, karena sangat berbahaya. Ustadz H. Saidan telah memasuki hutan lebat yang disinyalir adalah bekas lokasi Kerajaan Holing/Kalingga. Ustadz H. Saidan telah bersiap memusatkan konsentrasi fokus. Ilmu pertama untuk melihat isi bumi dan langit adalah ilmu “Membedah bumi dan memeras langit” setelah itu akan kelihatan isi yang ada dibumi dan  di langit  terlihat jelas. Lebih akurat dari pada radar, dan alat canggih zaman sekarang.
Akhirnya keluarlah Ratu Shima sosok yang gagah perkasa, tinggi besar memakai mahkota bertahta permata dan batu merah delima di posisi depan mahkota. Terjadi dialog panjang, kemudian mahkota dilepas dipakaikan oleh Ratu Shima keatas kepala Ustadz H. Saidan. Satu hal yang luar biasa, begitu Ustadz H. Saidan memakai mahkota Ratu Shima, maka dunia terasa ada di pelupuk mata, kelihatan kota di sekitar Jepara, seperti Kudus, Pati, Rembang, Semarang, dan lebih  jauh lagi, terlihat sangat jelas. Itu terjadi saat Ustadz H. Saidan dalam posisi berada dekat sekali dengan Ratu Shima.
Peristiwa luar biasa tersebut  dalam keadaan sadar, mata terbuka. Disitulah Ustadz H. Saidan tahu, bahwa kalau melihat fisik, bodi dan wajah. Ratu Shima adalah seorang laki-laki, bukan seorang perempuan, ternyata “Raja” bukan seperti dalam buku sejarah.Gagah dan berwibawa. Dua alam menyatu dan bertemu antara Raja Shima dan Ustadz H. Saidan. Kemudian Ustadz H. Saidan diberi benda-benda perhiasan yang berwarna kuning mas. Tetapi akhirnya perhiasan-perhiasan tersebut dikembalikan ke lokasi semula karena bukan dari mas, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Terbukti bahwa kerajaan Holing yang pernah di sinyalir oleh Dinasti Tang dan para ahli sejarah pada tahun 665, berada di semenanjung Keling Malaya, ternyata berada  didaerah Keling Jepara Jawa Tengah. Dengan bukti-bukti yang sangat otentik serta melihat keberadaan Raja Shima. Juga pertemuan yang spektakuler Ustadz H.Saidan dengan Raja Shima.
Zaman terus berlalu, akhirnya Jepara di perintah oleh Aryo Timur pada tahun 1507. Kemudian diganti putranya bernama Pati Unus. Jepara mengalami zaman yang ekonominya maju karena pelabuhan Jepara kala itu oleh pedagang di Semenanjung Malaya lebih senang berlabuh di Pelabuhan Jepara. Adipati Pati Unus sangat pemberani dalam melawan penjajahan Portugis, setelah Adi Pati Unus wafat selanjutnya diganti oleh Pangeran Faletehan pada tahun 1521 – 1536.
Jepara kemudian di bawah pemerintahan Kerajaan Demak Sultan Trenggono, Putra Raden Patah dari Raja Brawijaya ke V. Achirnya daerah Jepara diserahkan kepada Pangeran Hadirin dan Retno Kencono (Ratu Kalinyamat) sebagai anak dan menantu. Pada pemerintahan Pangeran Hadirin inilah penduduk Jepara mulai mengenal seni ukir. Tak lepas dari peran Sunan Kalijaga yang telah memberi seperangkat alat-alat pahat (tatah) kepada Patih Sungging Badarduwung, sampai akhirnya Pangeran Hadlirin diganti oleh istrinya Retno Kencono atau Ratu Kalinyamat, yang memerintah Jepara tahun 1549 – 1579. Mulailah Jepara dikenal dengan nama Kota Ukir, karena hasil  kerajinan ukir dari penduduk di desa-desa oleh Ratu Kalinyamat mulai diperkenalkan hingga ke Semenanjung Malaya. Sampai sekarang nama kota Jepara terkenal sampai di luar negeri, berkat jasa Ki Sungging Badarduwung pada pemerintahan Pangeran Hadlirin, dan Ratu Kalinyamat.Berlanjut hingga masa R.A. Kartini Putri Bupati Jepara.  Sampai era El Surayya art, dari generasi kegenerasi dan akan terus berlanjut hingga akhir masa.

3 komentar: