KALIGRAFI UKIR DI BLANTIKA DUNIA SENI

Sekilas Tentang Profil Bapak H. Masagung
Pembaca mungkin belum kenal nama Bapak H. Masagung. Lahir dari komunitas TiongHoa dengan segala macam bisnis yang digeluti. Mulai dari agen tunggal pulpen parker, perdagangan, percetakan gunung Agung, Ekspor Impor, pertokoan di Pasar Senen, Kwitang, Glodok, Bagi orang Jakarta pada umumnya tidak asing dengan sosok Bapak H.Masagung.
Baru setelah Bapak H. Masagung memeluk agama Islam, banyak orang yang tahu dan mengenal. Beliau mendapat hidayah dari Allah dan menjadi Da’i mengharumkan nama Islam. Pada acara-acara di negeri jiran Beliau  memperkenalkan jati diri dan biografinya dihadapan pejabat-pejabat tinggi Negera. Banyak dari komunitas Cina mengikuti jejak Bapak H. Masagung. Perjalanan panjang bersafari ke daerah-daerah nusantara dengan misi mengharumkan nama Islam. Juga sebagai supranatural, memberi pengobatan alternatif secara gratis kepada masyarakat umum di Jakarta dan sekitarnya yang berpenghasilan rendah, mereka merasa terbantu dan berterima kasih atas  amal baik dan pertolongan Bapak H. Masagung.
Saya ke Jakarta bersilaturrahmi kekantornya. Bapak H.Masagung sedang praktek, mengobati pasien-pasien banyak sekali, berjejer antri, pada buku daftar hadir, banyak tamu yang membuat janji mau ketemu. Saya ikut antri ada satpam yang mengatur antrian agar tertib. Ketika saya datang ikut berbaris, tiba-tiba Bapak H. Masagung keluar dan melihat saya ikut antri. Bapak H. Masagung melambaikan tangan menyuruh saya masuk “Masuk saja Pak  tidak usah ikut antri”
Selesai acara pengobatan saya bincang-bincang dengan Bapak H. Masagung di ruangan kantornya. Pembicaraan macam-macam juga diselingi tawa-tiwi. Setelah itu setiap saya mau pamit, Bapak H. Masagung mengajak foto di depan lukisan Walisongo dan di depan foto Presiden sukarno.
Bapak H. Masagung mengajak foto sudah beberapa kali. Saya sempat bercanda “Bapak sudah beberapa kali mengajak saya berfoto di depan lukisan wali Songo, dan di depan foto Bung Karno, tapi saya tidak pernah melihat hasilnya”. Bapak menjawab “Oh ya, nanti saya kasih” saya berbicara  panjang lebar tentang proyek mengharumkan islam. Kata Beliau “Pak Mudzakir sama dengan saya” (dalam hati saya, sama apanya). “Tapi beda rizqinya Pak”. Bapak H. Masagung ketawa. Setelah itu Bapak H. Masagung memesan ukiran logo proyek mengharumkan Islam. Bagian  atas tulisan Allah, bawah Muhammad, bawahnya lagi bulan sabit, paling bawah bola dunia. (lihat halaman foto ukiran) Saya modifikasi dengan ukiran ayat Kursi dan ornament motif Majapahit. Bapak H. Masagung berpesan. “Desain  logo ini jangan dirubah, karena desain logo yayasan Masagung saya  yang membuat. Di ukir apa adanya sesuai desain saya”.
Lama saya tidak bertemu dengan Bapak H. Masagung, sekitar satu bulan. Setelah pesanan jadi, saya antar ke Jakarta. Seperti biasa saya sempat omong-omong sambil saya menyerahkan pesanan lambang proyek mengharumkan nama islam yang sudah jadi. Sebelum saya pulang, saya ketemu dengan beberapa Asistennya yang sedang mengedit naskah yang akan diterbitkan. Begitu saya masuk para Editor yang juga sebagai asisten Bapak H. Masagung bercerita bahwa baru saja Bapak marah-marah karena pesanannya tidak kunjung jadi. Saya ikut kena getahnya. Saya jawab. Tadi saya ketemu Bapak, tidak marah, malah ketawa-ketawa seperti biasanya. Ketika saya menawarkan sebuah karya kaligrafi ukir terjadi tawar-menawar, Bapak sangat piawai dalam bisnis tawar-menawar, santai seperti tidak minat. Bapak H. Masagung memanggil asistennya ingin membuktikan komentar saya, “Kalau kaligrafi saya tidak lebih baik dari koleksi Bapak, tidak usah di bayar, saya hadiahkan untuk Bapak. Dalam bisik-bisik dengan Asistennya, saya dengar. Ini pak Mudzakir di ajak lihat-lihat barang-barang di gudang. Nanti apa komentar pak Mudzakir. Sampai digudang saya melihat koleksi  begitu banyak. Saya melihat-lihat ukiran kaligrafinya biasa-biasa saja, juga dipasok dari Jepara.
Kembali kekantor asisten ditanya, “Apa komentar pak Mudzakir setelah melihat koleksi saya”. Asisten no coment. Bapak H. Masagung tersenyum sambil memberi uang sebagai pembayaran. Sebelum pulang, saya menemui Asisten Bapak H.Masagung, Saya pamit sambil menempelkan tip sebagai terimakasih, karena Bapak telah membuatkan proposal. Asisten tidak mau terima, saya bilang pak ini dari saya ikhlas tidak suap hanya Allah yang tau niat seseorang, Bapak tidak perlu takut. Tetap Bapak tidak mau terima, takut dan segan pada sosok  H.Masagung  karena karyawan meyakini, bahwa Bapak H.Masagung punya indera keenam dan supranaturalnya tinggi. Mereka pada takut kalau ketahuan, di kira menerima suap.
Mungkin saya orang yang kenal Bapak H.Masagung apa adanya. Takut hanya kepada Allah yang Maha tahu. Beberapa bulan kemudian Bapak H. Masagung akan ada acara ke Kudus dan Jepara. Sebelum acara ke Kudus dan Jepara, saya mengirim surat mohon dikirimi buku-buku tentang profil dan biografi Bapak H.Masagung agar saya bisa memberikan informasi kepada yang memerlukan. “Kalau bisa jangan Bapak sendiri yang berbicara tentang perjuangan Bapak”. Bapak. H.Masagung setuju, dan saya menerima kiriman paket buku-buku banyak sekali, tentang profil dan perjuangannya. Dalam mengharumkan Islam.

0 komentar:

Posting Komentar